Kamis, 11 Desember 2008

Musmet Abiez

Beginilah,
Ketika matahari tak lagi menepati janjinya
untuk selalu menghangatkan bumi
Memang selayaknyalah
Ketika butiran hujan menyerbu dedaunan yang lemah,
membuatnya tak tentu arah

Begitu pula aku,
yang tak sanggup lagi berpijak pada batu yang tajam
Melukai telapak kakiku,
meneteskan darah sebagai cermin penantian

Bagaimana aku bisa bertahan,
Sejak luka itu kembali kau ulang
Mengukuhkan keyakinanku,
bahwa tak sedetikpun kau menginginkanku

Bagaimana aku akan berkata 'rela',
Sejak kau ubah hatiku menjadi batu
Dengan sihirmu yang tak ubahnya seperti kutukan
Bagai petir di pekat malam,
yang mampu mengubah gelap menjadi terang,
walau hanya sekejap mata.
Sesingkat itu kah rasa yang kau simpan untukku?
Dan aku harus menanggung luka sepanjang nafasku?

Itu yang kau sebut keadilan itu?
Bisakah kau ulang kata itu sekali lagi?
KEADILAN?
Bagi siapa? Kau dan dia?